Beranda | Artikel
Mengistimewakan Setiap Anak
Selasa, 8 Desember 2020

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary

Mengistimewakan Setiap Anak merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary dalam pembahasan Mencetak Generasi Rabbani. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 22 Rabiul Akhir 1442 H / 08 Desember 2020 M.

Kajian Islam Ilmiah Tentang Mengistimewakan Setiap Anak

Ada keunikan yang tidak disadari banyak orang tua yang tersembunyi pada anak-anak mereka. Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala Rabb Yang Maha Adil, mencipta setiap makhlukNya (anak manusia) memiliki kelebihan-kelebihan dan kekurangan-kekurangan.

Semuanya sederajat di hadapan Allah dengan kelebihan dan kekurangan itu. Ada yang lebih di sini tapi kurang di sana, ada yang kurang di sini tapi lebih di sana, begitulah keadilan. Tidak ada yang sempurna tanpa ada kekurangannya atau kurang tidak ada lebihnya. Ini keadilan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Namun kadang-kadang seseorang tidak tahu kelebihan-kelebihan yang Allah berikan kepadanya.

Ada manusia yang selalu melihat kekurangan yang ada pada dirinya, sehingga dia tenggelam di dalam rasa benci dan marah kepada Rabbnya. Dan ini tentunya adalah bentuk buruk sangka yang sangat berbahaya. Dia mungkin akan menyembah Tuhan yang lain. Maka perlu kita ketahui dan kita sadari bersama bahwa Allah memberikan kelebihan dan kekurangan kepada masing-masing orang.

Dalam konteks pendidikan, tentunya seorang pendidik harus mengetahui keistimewaan-keistimewaan setiap anak didiknya, setiap orang tua harus tahu kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh anaknya.

Dimana ada kelebihan pasti ada kekurangan tentunya. Setiap kelemahan pasti ada keistimewaan. Tidak mungkin ada anak yang padanya tertumpuk begitu banyak kelebihan sementara anak yang lain menjadi begitu banyak buruknya. Kalaupun itu terjadi, itu hanyalah kesalahan didik orang tuanya atau karena ketidakarifan orangtuanya untuk melihat kelebihan-kelebihan itu.

Setiap anak pasti memiliki suatu hal yang menonjol pada dirinya. Ada yang menonjol di bidang akademik, ada yang menonjol pada sisi akhlaknya, ada yang menonjol dalam hal kerajinan dan ketekunannya, ada yang menonjol di sisi kekuatan hafalannya, ada yang menonjol dalam sisi kekuatan nalarnya, ada yang menonjol dalam sisi keterampilannya, ada yang menonjol pada sisi kepemimpinannya dan seterusnya.

Para sahabat Nabi juga demikian. Ada yang menonjol dalam satu bidang namun tidak menonjol pada bidang yang lain. Sebagai contoh, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengungkapkan sisi kurang pada Abu Dzar. Hal ini supaya dia tahu kekurangan itu dan tidak melakukan suatu hal yang berkaitan dengan kekurangan tersebut. Karena dia tidak akan mampu untuk mengerjakannya secara maksimal, karena ada kekurangan disitu.

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata kepada Abu Dzar:

يَا أَبَا ذَرٍّ ، إِنِّي أَرَاكَ ضَعِيفًا

“Wahai Abu Dzar, aku lihat kamu lemah (kurang),” yaitu dalam hal kepemimpinan dan dalam manajerial harta. Maka Nabi berpesan kepadanya:

لا تَأَمَّرَنَّ عَلَى اثْنَيْن، وَلا تُوَلَّيَنَّ مَالَ يتِيمٍ

“Janganlah kamu memimpin walaupun yang dipimpin hanya dua orang dan jangan kamu mengelola harta anak yatim.” (HR. Muslim)

Hal ini karena Abu Dzar dinilai tidak bisa mengelola harta. Nabi menyebutkan sisi kurang pada Abu Dzar. Dan tentunya Abu Dzar memiliki kelebihan-kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain. Dalam hal keberanian, dalam hal loyalitas, kesetiaan, dalam hal kejujuran dan banyak hal lagi Abu Dzar itu menonjol. Abu Dzar lebih daripada yang lainnya. Tapi dari sisi itu ia kurang. Demikianlah manusia, Allah Subhanahu wa Ta’ala bagi rata rezeki itu kepada tiap-tiap orang.

Makanya jangan berharap mendapatkan orang yang sempurna, baik itu pasangan hidup kita. Istri kita bukan bidadari, suami kita bukan malaikat. Anak-anak kita juga demikian, ada kekurangan-kekurangan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala letakkan pada mereka. Karena mereka adalah manusia, sama seperti kita juga. Namun kadang-kadang kurang menyadari. Masih banyak di antara mereka yang menjadikan barometer penilaian anak hanya dengan nilai yang tertera pada raport, misalnya. Atau dengan prestasi-prestasi tertentu. Anak yang nilai raportnya tidak tinggi, itu dikatakan rendah, dikatakan kurang, dikatakan terbelakang, padahal mungkin kekuarangannya pada sisi itu saja dan mungkin dia memiliki kelebihan-kelebihan lain atau keterampilan atau hal-hal lain yang belum tergali oleh orang tua.

Inilah tugas orang tua. Kita sudah bicara kemarin tentang pemanduan bakat, bagaimana pendidik (orang tua di rumah maupun guru di sekolah) bisa menggali bakat yang ada pada anak.

Jika anak lemah dalam satu sisi, pasti dia punya keistimewaan di sisi yang lain. Maka akan sangat bermanfaat apabila orang tua bisa sesegera mungkin menentukan keunikan dan kelebihan pada diri putra-putri mereka.

Jika diperlukan, lakukan kerjasama dalam hal ini dengan guru-guru di sekolah. Sehingga anak itu tahu kelebihan dia. Hal ini bermanfaat baginya karena dia bisa memaksimalkan kelebihan itu untuk kebaikan-kebaikan, untuk hal-hal yang positif.

Setelah orang tua mengetahui keunikan anak-anak mereka, tindak lanjutnya ada tiga. Yaitu

  1. memberikan pengakuan, mengembangkan dari situ kelebihan-kelebihan  tersebut,
  2. memberikan apresiasi,
  3. tidak perlu membanding-bandingkan antara satu anak dengan anak yang lain.

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian dan simak pembahasan yang penuh manfaat ini..

Download mp3 Kajian Tentang Mengistimewakan Setiap Anak

Lihat juga: Cara Mendidik Anak dan Pentingnya Mencetak Generasi Rabbani


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/49502-mengistimewakan-setiap-anak/